Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

TIPS MEMBUAT CERITA ANAK



Mari kembali menjadi seorang anak kecil, itu tips yang selalu saya katakan pada yang bertanya tentang tips menulis cerita anak. Iya menjadi anak-anak, bukan kekanak-kanakkan. Bukan juga mengganti bahasa dengan bahasa cadel khas anak-anak. Tapi yang harus dilakukan adalah merubah pola pikir kita, jadikan pola pikir kita seperti anak-anak.

        nak-anak setelah bermusuhan, kembali bermain bersama. Kecuali dilarang orangtuanya.
Anak-anak itu berani melakukan tindakan yang dilarang orangtua. Karena rasa ingin tahu mereka tinggi. Ketika mereka dilarang main hujan, mereka akan memilih sembunyi-sembunyi melakukannya.
Anak yang pemarah dan pendendam biasanya juga karena karakter orangtuanya.
Senakal apapun anak-anak, ketika mereka diajak bicara dengan baik, diperlakukan dengan lembut, maka mereka akan mudah akrab. Dan kalau sudah akrab, mereka akan menyayangi sepenuh hati.

Panduan di bawah ini akan membuat kamu lebih mudah menulis cerita anak :

1. Coba perhatikan anak-anak. Apakah mereka duduk diam, ketika ada orang dewasa yang bicara panjang lebar pada mereka? Selain tidak betah, mereka juga akan menangkap sebagian kecil saja bukan seluruhnya.

“Kamu tahu nggak, main api itu bikin kamu sakit. Nanti api itu bisa bakar rumah orang. Nanti orang lain marah. Nanti kalau orang lain marah, terus dia marah-marah di rumah kita, apa kamu tidak malu.”
Dari kalimat panjang di atas, apa yang anak-anak tangkap. Sederhana saja. “Main api itu bahaya.” Kalimat lain tidak akan mereka perhatikan.
Jadi jangan memberi nasehat yang panjang lebar. Sebab anak hanya akan menangkap bagian kecilnya saja.
Lagipula kalimat panjang, hanya akan membuat bosan ketika membacanya.

2. Riset

        Saya selalu mengatakan bahwa riset itu penting. Meski hanya untuk menulis cerita anak. Meski kamu punya anak, belum tentu anak kamu itu, mewakili karakter anak-anak lainnya. Meski kamu punya orangtua yang hebat, belum tentu pendidikan orangtua kamu itu sempurna untuk anak yang lain.
Riset itu akan membantu kamu paham, percakapan anak yang satu ke anak yang lain seperti apa, sih? Percakapan antara anak di lingkungan satu dan lingkungan lain, perbedaannya ada di mana? Lalu kenapa anak bisa menjadi nakal, mencuri atau melawan guru.

3. Baca

        Saya suka membaca. Ketika menulis cerita anak, saya banyak membaca naskah anak lainnya. Saya mencari kekurangan mereka ada di mana. Lalu saya jadikan tulisan, yang menjadi kelebihan saya.
Tapi ketika akan menulis sebuah novel yang menulisnya perlu jangka panjang, dan idenya juga harus jadi kesatuan utuh dengan karakter saya, maka saya melepaskan diri dari novel-novel anak bacaan saya.
Saya tidak mau mengingat novel itu.

       Saya justru membaca buku novel dewasa atau non fiksi. Dengan tujuan, saya bebas berekspresi dengan tulisan saya. Dengan begitu, ide saya jadi berbeda dengan penulis lain. Dan saya bebas menulis, tanpa pengaruh gaya penulis lain.

4. Beri Kenyataan

        Dalam menulis cerita anak, mungkin saya agak berbeda dengan yang lain. Artinya ketika banyak yang menulis dunia ideal, penuh keceriaan pada anak-anak, saya memilih yang lain. Mungkin karena ketika kecil, saya sudah merasakan banyak hal. Dan banyak hal itu mengolah hati saya, hingga menjadi suatu bentuk empati.

           Jadi saya pikir, tidak apa-apa anak-anak paham bagaimana sebuah kematian, sebuah penyakit dan mungkin perceraian, ditulis dalam sebuah cerita anak.
Yang perlu diingat adalah, bagaimana menyampaikannya dalam sebuah cerita, sehingga anak-anak paham. Ada dunia lain yang tidak indah, dan mereka bisa belajar empati dari sana.
Gunakan kacamata anak-anak dalam hal ini. Pemikiran anak-anak bisa didapat dengan kita menanyakan hal itu pada anak-anak.

5 Hindari Kalimat Kasar

           Kalimat kasar harus dihindari. Artinya begini, meski di lingkungan yang sebenarnya banyak hadir kalimat-kalimat kasar seperti, bodoh, tolol dan lain sebagainya. Usahakan agar hal itu tidak perlu kita tulis dalam sebuah cerita anak. Karena apa? Karena anak-anak akan lebih mudah merekamnya. Dan setelah rekaman itu, mereka akan menirunya.

Di rumah jika buku yang mereka baca ada tulisan bodoh dan teman-temannya, anak-anak akan bilang. “Bu.., masa parah. Bukunya maaf ya maaf. Ada kata bodoh.”

Menampilkan cerita anak yang sempurna untuk saya adalah dengan menggunakan bahasa yang ideal. Bahasa idealnya dengan tidak menulis kalimat kasar, kotor, juga makian.

6. Tulis dengan Kelembutan

Semua pasti suka mendengarkan kalimat lembut. Maka tulislah kalimat yang baik dan diucapkan lembut.
Paling tidak dengan menulis cerita anak, kita berusaha keras untuk menjadikan karakter kita juga lembut. Ingat saja, jangan menulis apa yang tidak kamu lakukan.Kalau saya mengartikan bahwa saya akan berjuang keras berpikir, bersikap dan bertingkah laku seperti tokoh dalam tulisan saya.

7. Sisipkan Manfaat

Manfaat jelas saja. Setiap tulisan harus mengandung manfaat. Harus ada nilai-nilai yang bisa diambil anak. Entah itu berupa pengetahuan baru, pengalaman baru, lingkungan baru, atau nilai-nilai baru.
Dengan begitu anak-anak akan mendapati bahwa membaca cerita, membuat mereka menjadi pintar.

8 Terus Menulis

Secanggih apapun kamu punya ide, semua itu akan hilang jika kamu tidak menuliskannya. Semahir apapun menulis, tulisan kamu tetap tidak lincah, jika kamu tidak menuliskannya. Karena itu teruslah menulis.
Terus menulis akan membuat kamu paham tulisanmu sendiri. Meningkat juga kepercayaan dirimu sendiri. Sehingga ketika ada yang berkomentar tidak baik, kamu terus melaju.


9. Jangan Anggap ini Teori Baku

Artinya ketika kamu menulis, kamu akan menemukan teori sendiri dan itu yang paling nyaman buatmu.
Jadi jangan anggap tulisan ini teori baku untukmu. Kamu bisa berproses, berkembang dan terus menulis dengan ide yang berbeda. Dengan begitu kamu akan paham lebih banyak lagi tentang cara menulis cerita yang baik.




Sumber tulisan : http://nurhayati-pujiastuti.com/?p=567

0 komentar:

Posting Komentar